SELAMAT DATANG DI BROTHER HANJUNG COMMUNITY

Kamis, 03 November 2011

BISA BIKIN MESIN ENGGAK NGELITIK?
Campuran disesuaikan rekomendasi produsen, waktu pengapian bisa dilihat di laptop dan disetel lewat potensiometer .
Octane booster jadi produk paling dicari saat ini paska kenaikan harga bensin. Apalagi kalau bukan buat campuran Premium menggantikan Pertamax dan Pertamax Plus biar lebih hemat. “Penjualan naik hingga 100 persen, bahkan sempat kehabisan stok,” sebut Melanus Conterius,
MBA, marketing manager PT Laris Chandra, distributor STP dan Prestone. Tetapi apa benar dengan mengganti Pertamax dan Pertamax Plus dengan racikan Premium ‘Plus’ ini bisa bikin mesin enggak ngelitik?
OTOMOTIF melakukan tes sederhana pada 5 produk yang paling laris di pasaran Jakarta (berdasar survei kecil-kecilan redaksi di bengkel/toko), yaitu STP (harga Rp 27.500), Wynn’s (harga Rp 35.000), Bardahl (harga Rp 27.500), Prestone (harga Rp 60.000) dan Pennzoil (harga Rp 35.000). Rata-rata dalam satu kemasan bisa dicampur dengan 60 liter bahan bakar. Juga mengklaim sanggup menaikan oktan bensin 1 sampai 10 poin atau unit. Selain itu juga bisa menghilangkan knocking dan membersihkan saluran bahan bakar. Perlu diperhatikan, istilah poin atau unit ini tidak sama dengan 1 RON, tetapi 1 poin atau unit sama dengan 0,1 RON. “Jadi kalau ada tulisan pada kemasan yang mengatakan bisa menaikkan oktan hingga 5 unit artinya sama dengan 0,5 RON, bukan 5 RON,” ujar Melanus.
METODE TES
Bukan nilai RON yang diukur karena harus memakai alat khusus (variable compression engine dengan reference fuel), melainkan melihat apakah Premium yang dicampur octane booster dapat menggantikan Pertamax Plus di mesin berasio kompresi tinggi. Indikator yang dipakai ada dua, yaitu waktu pengapian dan gejala ngelitik. Media tes digunakan mobil bermesin Mitsubishi 4G63 (dipakai di Eterna GTi) dengan rasio kompresi 9,8:1 yang direkomendasi oleh pabrikan memakai Pertamax Plus (RON 94).
Pengukuran dan penyetelan waktu pengapian memanfaatkan software piggyback ECU Dastek Unichip yang mampu menampilkan waktu pengapian secara real time di monitor laptop. Cukup geser potensiometer, waktu pengapian bisa dimaju-mundurkan. Sedangkan gejala ngelitik dideteksi pakai HKS Knocking Monitor. Roller pada dynamometer Dastek dipakai sebagai simulasi tes jalan. Setelah melalui beberapa kali percobaan awal, diputuskan mematok tes gejala ngelitik di sekitar 4.500 rpm (tes jalan posisi gigi tiga). “Di sinilah gejala ngelitik yang paling banyak terasa,” terang M. Soleh Yusuf, bos bengkel Sigma Speed, distributor Dastek
Unichip yang mendengarkan gejala ngelitik melalui headphone. Referensi (acuan) tes adalah waktu pengapian maksimal memakai Pertamax Plus. Waktu pengapian disetel semaju mungkin namun dihindari jangan sampai ngelitik dan didapat tenaga maksimum.
Hasilnya, memakai Pertamax Plus, waktu pengapiannya 15,1 sebelum TMA (titik mati atas). “Kalau dimajukan lagi, tenaga justru turun.” Artinya, di sinilah waktu pengapian yang paling tepat buat mesin. Biar memudahkan penggantian 5 campuran Premium + octane booster, dipakai tangki kecil diluar tangki standar (bawaan) mobil yang sudah dilengkapi fuel pump elektris. Komposisi campuran disesuaikan dengan rekomendasi yang tertera di label kemasan tiap produk yang dites. Tiap produk dirunning di mesin hingga sekitar 4.500 rpm 3-4 kali
untuk memastikan hasilnya.Produk yang dites diambil langsung dari pasar dan bukan disediakan oleh produsen. Sedangkan bahan bakar yang dipakai dibeli pada SPBU No. 34-11508 di Jln. Kelapa Dua Raya No. 15, Kebon Jeruk, Jakbar. Kondisi ini dipakai untuk mengurangi perbedaan kualitas bensin dari SPBU yang berbeda.
HASIL TES
Tes pertama memakai Premium tanpa campuran octane booster. Ternyata waktu pengapian harus mundur 0,5 derajat (14,6 derajat sebelum TMA) dari Pertamax Plus agar didapat tenaga maksimum dan tidak ngelitik. Sesudah itu baru dilakukan pengetesan di tiap racikan. STP mendapat giliran pertama. Pada kemasan tertulis isi 354 ml untuk 60 liter bahan bakar. Setelah dihitung ulang dengan menggunakan tabung ukur, ternyata isinya tepat 354 ml. Begitu mesin dijalankan, hasil maksimal waktu pengapian naik 0,7 derajat dibanding pakai Pertamax Plus (menjadi 15,8 derajat sebelum TMA). Selanjutnya Wynn’s. Di kemasan tertulis 350 ml untuk 60 liter bensin, tetapi setelah diukur ulang ternyata jumlahnya 370 ml. Hasilnya, lebih maju 1,2 derajat dibanding Pertamax Plus alias 16,3 derajat sebelum TMA. Bardahl, yang di kemasan tertulis volumenya 250 ml, ternyata lebih 20 ml. Waktu pengapian berhasil dimajukan hingga 3,2 derajat dibanding Pertamax Plus. Meski tenaga tidak naik, digeser sampai 5 derajat (15 derajat sebelum TMA) pun tetap tidak knocking. Sementara Prestone pada kemasan jumlahnya 473 ml untuk 60 liter, setelah diukur ada 480 ml. Waktu pengapian berhasil digeser menjadi 1,9 derajat di atas Pertamax Plus (17 derajat sebelum TMA). Terakhir Pennzoil, isi yang tercantum di botol 354 ml, setelah ditakar ternyata lebih 6 ml. Kenaikan waktu pengapiannya dari Pertamax Plus mencapai 1,8 derajat (jadi 16,9 derajat sebelum TMA).
KESIMPULAN
Secara umum, pencampuran Premium dengan kelima octane booster ini mampu membuat mesin tidak ngelitik. Bahkan lebih baik dari Pertamax Plus. Sekarang tinggal pintar-pintar memilih octane booster mana murah dan hasilnya melimpah. Paling enggak kalau dihitung-hitung jumlah pengeluaran masih lebih murah dibandingkan menggunakan
Pertamax Plus. Misalnya untuk 60 liter Premium harus keluar duit Rp 144.000. Ditambah menggunakan octane booster seharga Rp 35.000 menjadi total Rp 179.000. Bandingkan kalau membeli 60 liter Pertamax Plus, Rp 4.200 X 60 = Rp 252.000. Pastinya lebih murah yang pertama.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Templates | Affiliate Network Reviews